bewaracianjur.com
Terpercaya, Terhubung, Adil Sejak Dalam Pikiran

Kasus AKI dan AKB di Cianjur Cenderung Turun

0

CIANJUR – Kasus angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB) di Kabupaten Cianjur cenderung turun. Dinas Kesehatan setempat pun terus berupaya agar angka kasusnya bisa terus diminimalkan.

Sekretaris Dinas Kesehatan Kabupaten Cianjur, Yusman Faisal, menuturkan secara umum kasus AKI dan AKB di Indonesia masih jadi permasalahan. Di Kabupaten Cianjur, persoalan itu sedikit demi sedikit terus ditekan melalui berbagai upaya.

Baca juga: Ukir Sejarah, Di Era Herman Suherman Kasus Stunting Berhasil Ditangani

“Di Cianjur, angka kematian ibu pada 2020 sebanyak 33 kasus, tahun 2021 sebanyak 49 kasus, dan pada 2022 terjadi penurunan menjadi 33 kasus. Sedangkan kematian bayi di Kabupaten Cianjur pada 2020 sebanyak 173 kasus, kemudian pada 2021 sebanyak tercatat ada 175 kasus dan pada akhir 2022 tercatat ada penurunan menjadi 129 kasus,” kata Yusman pada kegiatan rapat kerja kesehatan daerah (Raker Kesda) di Cianjur, belum lama ini.

Yusman menuturkan melihat grafik data, kasus AKI dan AKB mengalami kecenderungan penurunan yang cukup signifikan. Yusman menyebut penurunannya mencapai sekitar 50 persen.

“Tahun ini kita juga menargetkan angka kasusnya terus turun. Mudah-mudahan bisa tercapai,” kata Yusman.

Baca juga: Ada 1.400 Balita Cianjur Didiagnosa Stunting

Cenderung turunnya kasus AKI dan AKB, sebut Yusman, mengindikasikan sarana dan prasarana kesehatan di Kabupaten Cianjur sudah cukup siap. Di antaranya kehadiran rumah-rumah sakit baru milik pemerintah maupun swasta serta klinik-klinik yang dilengkapi layanan rawat inap.

“Sehingga akses masyarakat, terutama ibu hamil, bisa terlayani maksimal,” jelasnya.

Penyebab masih ditemukannya kasus AKI dan AKB lebih kepada perilaku ataupun budaya masyarakat. Yusman menyebutnya ada faktor empat T yang jadi penyebab.

Baca juga: Rangkaian HJC ke-346, Pemkab Cianjur Gelar Baksos di Desa Talaga

“Di antara empat T itu yakni erlambat dalam hal memutuskan, lalu terlambat menentukan rujukan. Kemudian masih ada juga yang masih menggunakan paraji (dukun beranak). Masih ada (paraji), tapi kecenderungannya hampir zero di Kabupaten Cianjur,” pungkas Yusman. (red)

Leave A Reply

Your email address will not be published.

google-site-verification: google1fb702fc0f365d5d.html