CIANJUR – Kawasan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP) merupakan salah satu habitat Elang Jawa (Nisaetus Bartelsi) atau dikenal Burung Garuda. Populasinya sekarang terus bertambah menyusul menetasnya telur pada sarang.
Berdasarkan catatan Balai Besar TNGGP, dengan terlahirnya kembali satu ekor anak Elang Jawa, maka sudah terlahir tiga ekor selama tahun ini. Bahkan kemungkinan bakal kembali bertambah.
Kepala Balai Besar (TNGGP) Sapto Aji, mengatakan satu ekor anak Elang Jawa terlahir pada 3 September 2023. Kali pertama, telurnya diketahui berada pada sarangnya di kawasan Blok Cimande Bidang Pengelolaan Taman Nasional Wilayah III.
Baca juga: Sungai Kawasan Gunung Gede-Pangrango Meluap Rusak Areal Camping Ground Mandalawangi
“Pertama kali terpantau pada 27 Agustus 2023. Saat itu masih proses pengeraman. Nah, baru pada 3 September 2023 telurnya menetas,” kata Sapto kepada wartawan, Selasa (5/9/2023).
Seperti diketahui, sebelumnya terdapat dua ekor yang terlahir di habitatnya di kawasan TNGGP. Pertama pada 3 Juni 2023, terlahir di kawasan Resort PTN Cibodas. Disusul kemudian pada 13 Juni 2023 di kawasan Resort PTN Tapos.
“Sekarang yang lahir pada 3 September 2023 berada di kawasan Resort PTN Cimande,” jelasnya.
Baca juga: Pendaki Ilegal Terjaring Patroli, 13 di Antaranya Di-blacklist
Sapto menuturkan, tim monitoring di lapangan juga menemukan sedikitnya 10 sarang yang di dalamnya terdapat telur Elang Jawa. Sehingga Sapto memastikan jumlahnya yang lahir tahun ini akan bertambah.
“Kalau melihat siklusnya, menetasnya telur itu terjadi setelah 47-60 hari pengeraman. Tapi itu juga belum tentu menetas semuanya,” terangnya.
Elang Jawa merupakan satwa predator. Keberadaannya berfungsi menjaga keseimbangan ekosistem.
Baca juga: Jalur Pendakian Via Cibodas Dibuka Kembali
“Tentu keberadaannya menjadi bagian dari pelestarian ekosistem,” ungkapnya.
Namun, sebut Sapto, satwa tak luput dari ancaman perburuan. Biasanya satwa ini dijadikan hewan peliharaan atau hiasan.
Baca juga: Cuaca Buruk, Pendakian ke Gede-Pangrango Ditutup Sementara
“Kami tentu terus melakukan monitoring secara rutin. Termasuk menginventarisasi sarang untuk melindungi habitatnya serta menjaga ekosistem kawasan hutan,” pungkasnya. (red)