CIANJUR – Puluhan siswa SD, MTs, dan SMK di Desa Neglasari, Kecamatan Agrabinta, selalu bertaruh nyawa saat hendak menuju sekolah. Pasalnya, mereka harus berjalan kaki menyebrangi Sungai Cigonggang untuk menimba ilmu.
Kepala Desa Naglasari, Nasihin, mengatakan, tidak ada akses menuju sekolah selain menyebrangi Sungai Cigonggang. Tak ayal, sungai itu selalu menelan korban jiwa karena banyak yang terpeleset saat menyebrang.
“Sungai Cigonggang menjadi akses alternatif warga sekitar untuk beraktivitas, dan digunakan juga sebagai akses menuju sekolah. Tidak ada jalan pintas lain kecuali memutar arah,” kata dia, belum lama ini.
Jika debit air tinggi, kata Nasihin, para siswa tidak bisa mengikuti aktivitas belajar. Bahkan, para pelajar ini bisa sampai satu pekan tidak sekolah karena kondisi air di sungai sangat deras, meski ada jalan pintas tapi jaraknya jauh.
Ditanya, apakah pemerintah setempat pernah mengusulkan permohonan untuk pembangunan jembatan sungai tersebut? Nasihin mengaku sudah beberapa kali mengajukan kepada pihak pemerintah, baik kabupaten maupun provinsi namun tidak ada realisasi.
“Hingga kini tidak ada realisasi maupun jawaban dari pihak pemerintah terkait,” katanya.
Terpisah, Wakil Ketua DPRD Cianjur Rustam Effendi mengatakan, hal ini tentunya harus menjadi perhatian khusus bagaimana Pemerintah kabupaten bisa segera menganggarkan untuk pembangunan Jembatan Cigonggang.
“Setidak-tidaknya bisa menjadi jembatan yang menghubungkan akses dari dusun tersebut ke Desa Neglasari,” ujarnya.
Lebih lanjut, kader besutan Surya Paloh itu berharap kepada pihak Pemerintah Kabupaten Cianjur untuk segera membangun jembatan tersebut.
“Agar masyarakat bisa terhindar dari rasa cemas terutama para orangtua murid yang anaknya bersekolah di SD Sukamanah,” pungkasnya.(rmd)