CIANJUR – Imbas dari menguatnya harga dolar Amerika Serikat (USD) atas Rupiah, membuat para pengusaha tahu di Kabupaten Cianjur menjerit. Pasalnya harga kacang kedelai di pasaran semakin mahal.
Berdasarkan data dari laman resmi Bank Indonesia, harga 1 USD mencapai Rp16.899,08 pada 16 April 2025, naik dari Rp16.856,87 di hari sebelumnya.
Saat ini, harga kacang kedelai naik hingga Rp9.800 per kilogram, dari harga sebelumnya Rp9.400 per kilogram di bulan sebelumnya.
“Pengaruhnya pada jumlah produksi yang kita tekan. Sementara kita sebagai produsen tidak bisa asal manaikan harga tahu di pasar,” kata Rafi, pengusaha tahu di Kecamatan Cilaku, Kabupaten Cianjur, Rabu (16/4/2025).
Rafi mengaku, saat harga kacang kedelai masih lebih murah, bisa memproduksi 100 kilogram tahu per hari di pabrik pertama yang ada di Kelurahan Sayang, Kecamatan Cianjur. Sementara di cabang kedua, Jalan Munjul, bisa mencetak 30 kilogram tahu kuning.
Sehari, pihaknya bisa menghabiskan 1 ton kacang kedelai untuk produksi. Sementara ampas tahu, biasa dibeli oleh peternak sebagai pakan sapi dan untuk bahan lainnya seperti oncom.
“Sekarang produksi merosot, di pabrik pertama sampai 20 kilogram ,sehingga produksinya hanya sampai 80 kilogram per hari. Akhinrya kita terpaksa untuk ikut naikan harga Rp500 satuannya,” kata Rafi.
Belum lagi, lanjut Rafi, untuk pewarna kuning dari, pabriknya masih menggunakan kunyit asli dan bukan bahan pewarna kimia. Dia juga tidak menggunakan bahan pengawet.
“Karena kami ingin mempertahan kan kualitas. Pabriknya kan sudah ada sejak 1988, konsumen sudah mengenal merek Tahu Sayang Haji Sarbini (HS),” kata dia.
Rafi mengatakan, pihaknya cenderung menggunakan bahan baku kacang kedelai impor dari Amerika, sehingga nilai tukar USD sangat berpengaruh pada harga bahan baku.
“Kita pernah coba pakai bahan baku lokal, tapi kualitasnya kurang,” kata dia.
Tidak hanya pengaruh dolar Amerika Serikat, pihaknya juga kini kesulitan untuk mencari pembeli. Pasalnya, pabrik tahu kini menjamur di Cianjur.
“Semua orang bisa membuat tahu, tidak ada resep rahasia dalam membuat tahu. Jadi banyak juga pabrik-pabrik baru. Kita akhirnya menjaga kualitas dan nama merek HS,” kata Rafi.
Bahkan dirinya pernah tidak bisa menjual sama sekali, padahal tahunya hanya tahan selama tiga hari saja.
Beruntung, usahanya sempat tertolong dengan adanya program pemerintah pusat, Makan Bergizi Gratis (MBG) yang dilaksanakan Badan Gizi Nasional (BGN) di beberapa kecamatan.
“Jadi kesulitan ini hampir dirasakan oleh semua pengusaha tahu, menjerit semuanya karena kesulitan menjual,” kata Rafi.
Di sisi lain, Ketua Koperasi Produsen Tahu Tempe Indonesia (KOPTI) Kabupaten Cianjur, Hugo Siswaya membenarkan adanya kenaikan harga kacang kedelai.
“Harga kacang kedelai memang terus beranjak naik. Indikatornya adalah dolar (USD) karena impor, apalagi kemarin sempat naik dari Rp16.300 sampai ke Rp17.000,” ungkap Hugo.
Dia menyebutkan, untuk bahan baku kacang kedelai di Indonesia, 90 persen diimpor dari Amerika, Kanada, dan Brazil, sisanya adalah hasil petani lokal.
Di samping itu, petani lokal khususnya yang ada di Cianjur, kebanyakan memanen muda kacang kedelai agar lebih cepat dijual. Sementara, produsen tahu dan tempe lebih membutuhkan kacang kedelai tua untuk bahan baku.
“Itu beberapa faktornya kenapa mereka lebih menggunakan barang impor dari pada lokal, meskipun petani lokal di sini banyak, ada di Ciranjang, Sukaluyu, Sukanagara, dan Cidaun. Meskipun jumlah terus berkurang karena lebih memilih menanam jagung dan palawija lain,” kata dia.(*/rmd)