CIANJUR – Heboh sosok menyerupai pocong menyatroni tenda pengungsi korban gempa di areal Pemakaman Pamoyanan, Kelurahan Pamoyanan, Kecamatan Cianjur, beberapa hari lalu. Walhasil, pengungsi tenda dadakan itu sudah dua hari tidak berpenghuni.
Menurut saksi yang enggan menyebut namanya, mengaku bahwa sebenarnya tenda dadakan itu dibuat warga karena khawatir terjadi gempa susulan. Tidak ada dampak yang merugikan material maupun korban luka.
“Rumahnya tidak apa-apa. Mengungsi itu mungkin takut ada gempa susulan. Cuma yang bikin kepala geleng-geleng, mereka diduga ingin mendapatkan bantuan,” tulisnya.
Waktu kejadian, dia mengaku begadang di halaman rumahnya dekat areal pemakaman dan tenda pengungsi hingga dini hari. Jika terjadi gempa susulan, ia bisa dengan cepat membawa keluarganya dari rumah.
“Tapi tercium bau bangkai. Sontak, saya langsung masuk rumah. Eh, paginya tetangga ramai ada sosok yang diduga pocong menampakkan diri di samping pohon kelapa dekat tenda pengungsi,” candanya.
Penampakan sosok yang diduga pocong itu tidak sengaja terfoto kamera telepon seluler oleh warga sekitar yang memotret sekeliling areal pemakaman, hingga ramai di grup WhatsApp.
“Sudah dua malam tenda pengungsi tidak berpenghuni. Ieu tenda euweuh laleur-laleur acan,” pungkasnya sambil tertawa.
Selain dirinya, saksi lain juga membikin ramai penampakan menyerupai pocong tersebut. Ia mengaku warga setempat.
Jika sudah memasuki pukul 20.00 Wib, di daerahnya sudah pasti sepi tidak ada yang berani keluar. Ditambah lagi, banyak para korban gempa yang dimakamkan di Tempat Pemakaman Umum (TPU) tersebur.
“Sudah tiga hari ini, sosok itu sering menampakan diri kepada warga yang menjerumuskan wilayah itu. Engga tahu dari mana datanya itu pocong,” kata dia.
Sementara itu, RP yang mengaku warga sekitar dan berada di lokasi tersebut. Hebohnya informasi keberadaan sosok menyerupai pocong itu memang benar.
Namun, mendirikan tenda bukan berarti memanfaatkan bantuan dari pihak lain. Akan tetapi warga waspada akan terjadinya gempa susulan yang lebih besar.
“Kami memutuskan mendirikan tenda buat antisipasi. Takut rumah rusak. Bahkan ada beberapa rumah di kampung kami ada yang rusak dan mereka takut terjadi hal yang sama,” kata dia. (rmd)