CIANJUR – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Cianjur mencatat bahwa ada 2.760 orang terdampak bencana hidrometeorologis di 18 kecamatan. Dan 777 jiwa di antaranya diungsikan lantaran rumahnya dipastikan rusak berat dan rawan terjadi kembali pergeseran tanah.
Ada pun kecamatan terdampak bencana banjir, longsor, dan pergerakan tanah yakni Agrabinta, Campaka, Campakamulya, Cibeber, Cibinong, Cijati, Kadupandak, Leles, Naringgul, Pasirkuda, Sindangbarang, Sukanagara, Takokak, Tanggeung, Cilaku, Pagelaran, Cikalongkulon, dan Cikadu.
“Kami mencatat, 2.760 jiwa terdampak bencana di 18 kecamatan. Sedangkan jumlah pengungsi ada 777 jiwa di 9 kecamatan. Tiga korban meninggal dunia dan 1 orang luka-luka. Data tersebut akan kami perbarui tiap hari pukul 19.00 WIB,” ungkap Kepala Pelaksana (Kalak) Badan penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Cianjur, Asep Kusmana Wijaya mengatakan, Sabtu (7/12/2024).
Para pengungsi tersebut tersebar di 9 kecamatan di antaranya Pagelaran, Tanggeung, Pasirkuda, Cibinong, Agrabinta, Leles, Takokak, Kadupandak, dan Sindangbarang.
Mereka kini menempati rumah kerabat, di aula desa, juga di posyandu di sekitar area terdampak yang sekiranya aman dari bencana.
Sementara untuk kerugian materi akibat bencana, tercatat ada 439 rumah rusak, 357 rumah terancam, dan 484 rumah terendam banjir. Sementara data fasilitas pendidikan pihaknya masih berkoordinasi dengan Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga (Disdikpora).
“Data rumah terdampak ini masih terus didata oleh Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman (Perkim) kini warga yang rumahnya terendam beberapa hari lalu, kini sudah kembali untuk membersihkan rumahnya,” kata Asep.
Terpisah, Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik (KL) BPBD kabupaten Cianjur, Wangwang Kuswaya mengungkapkan, dari pantauan langsung di pengungsian Desa Sukaraja, Kecamatan Kadupandak, masih ada puluhan warga yang bertahan di aula desa.
“Di aula Desa Sukaraja, Kecamatan Kadupandak, masih ada lebih dari 20 pengungsi. Di sana kita siapkan dapur umum, pelayanan kesehatan, juga penampungan air bersih,” jelas Wangwang.
Pihaknya sengaja tidak menempatkan pengungsi di tenda-tenda darurat karena cuaca ekstrem seperti hujan deras yang disertai angin kencang masih terus terjadi.
“Kita khawatir kalau korban tedampak harus menempati tenda darurat. Makanya kita buat posko pengungsian di gedung-gedung pemerintahan, baik itu aula desa, sekolah, dan lainnya,” tandasnya.(*/rmd)
